Rep: Dadang Kurnia/
Red: Gita Amanda
Dadang Kurnia/REPUBLIKA
REPUBLIKA.CO.ID, BOJONEGORO -- Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral (ESDM) Ignasius Jonan melakukan pletakan batu pertama proyek
pengembangan Lapangan Gas Unitisasi Jambaran-Tiung Biru (JTB) di
Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, Senin (25/9). Lapangan Gas JTB
merupakan gabungan dari bagian wilayah kerja Cepu atau Blok Cepu serta
wilayah kerja Pertamina EP.
Jonan mengatakan, dengan cadangan gas yang cukup besar,
pembangunan, pengelolaan dan pemanfaatan Lapangan Gas JTB diharapkannya
akan membawa kesejahteraan bagi masyarakat. Terutama, di Kabupaten
Bojonegoro dan Provinsi Jawa Timur, serta Kabupaten Blora dan Provinsi
Jawa Tengah.
"Kami sangat mendorong untuk melibatkan pekerja dari lingkungan
sekitar. Ini diharapkan menimbulkan multiplier effect yang besar. Jangan
kayak pembangunan-pembangunan zaman dulu, dimana kalau ada pembangunan
gas sekelilingnya ditutup, jadi masyarakat gak tahu," kata Jonan saat
memberikan sambutannya.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Bapak Elia Massa Manik
menjelaskan, proyek ini diproyeksikan selesai pada awal tahun 2021, atau
sekitar empat tahun masa pengerjaan. Dia juga meyakini, proyek ini akan
memberikan efek ganda terhadap perekonomian daerah khususnya, dan
nasional umumnya.
"Salah satunya adalah penyerapan tenaga kerja yang mencapai 6.000 orang pada masa konstruksi," ucap Massa.
Massa juga menjelaskan, pengaliran gas JTB nentinya untuk memenuhi
kebutuhan gas bagi pusat pembangkit listrik Geresik (750 MW) dan pusat
pembangkit listrik Tambak Lorok (600 MW). Kapasitas tersebut merupakan
tambahan di masing-masing pusat pembangkit listrik.
"Dimana, total kapasitas pembangkit di Geresik saat ini mencapai 2218 MW dan di tambak Sari mencapai 933 MW," tambah Massa.
Massa menambahkan, pengembangan lapangan gas JTB juga menjadi
bagian pengembangan energi yang terintegrasi antara pembangunan blok
Migas dengan pengembangan ketenagalistrikan dan industri. Hal ini
diyakini akan mendorong penggunaan energi yang lebih efektif dan
efisien.
Massa menjelaskan, atas dibangunnya proyek ini, kawasan isndustri
di Jawa Timur dan Jawa Tengah juga akan mendapat pasokan gas melalui
pipa sepanjang 267 kili meter. Pipa dari lapangan gas JTB tersebut
nantinya melintasi Bojonegoro, Cepu, Semarang dan Geresik.
Adapun, investasi pada proyek ini sebesar 1.547 miliar dolar
Amerika Serikat untuk pengembangan lapangan, dan 515 juta dolar Amerika
Serikat untuk pembangunan pipa. Situasi ini juga menunjukan bukti,
investor masih nerminat menanamkan investasinya di Indonesia. Investasi
itu pun diyakininya akan mendorong pengembangan perekonomian daerah dan
nasional.
Massa menambahkan, pengembangan lapangan gas JTB sempat mengalami
kendala pada masa sebelumnya. Itu karena tingginya biaya pembangunan
lapangan yang menyebabkan harga gas tinggi. Sehingga tidak dapat
dijangkau pembeli akhir gas.
Sebelum akhirnya, beberapa keputusan penting terkait lapangan gas
JTB dibuat. Sehingga, pengembangan lapangan gas dengan total cadangan
1,1 triliun kaki kubik (trilion cubic feet/TCF), serta
kemampuan pasok sales gas per hari sebesar 172 juta standar kaki kubik
(MMCCFD) selama 16 tahun, dapat dilaksanakan.
Keputusan itu antara lain, relokasi gas ke Pertamina. Kedua,
efisiensi capex pengembangan lapangan dasi sebelumnya 2,1 miliar dolar
Amerika Serikat, menjadi 1,5 miliar dolar Amerika Serikat. Ketiga, alih
kelola lapangan dari Exxon Cepu kepada Pertamina EP Cepu. Sehingga,
Pertamina menguasai 90 persen besaran hak partisipasi, dan 10 persen
lainnya dikuasai Pemda.
0 komentar:
Posting Komentar